Kamis, 13 Desember 2007

husnudhon

“Jika seorang hamba tidak berbaik sangka kepada Allah, karena kebaikan sifat-sifat-Nya, hendaklah kalian berbaik sangka kepada-Nya, karena nikmat dan rahmat yang telah kalian terima dari-Nya. Dia (Allah) hanya membiasakan memberikan nikmat kepada kalian, dan hanya menganugerahkan kebaikan kepada kalian.’’

“Hubungan yang baik antara satu dengan lain dan khususnya antara muslim yang satu dengan muslim lainnya merupakan sesuatu yang harus dijalin dengan sebaik-baiknya. Ini karena Allah telah menggariskan bahwa mukmin itu bersaudara. Itulah sebabnya, segala bentuk sikap dan sifat yang akan memperkukuh dan memantapkan persaudaraan harus ditumbuhkan dan dipelihara, sedangkan segala bentuk sikap dan sifat yang dapat merusak ukhuwah harus dihilangkan. Agar hubungan ukhuwah islamiyah itu tetap terjalin dengan baik, salah satu sifat positif yang harus dipenuhi adalah husnuzhon (berbaik sangka). Oleh karena itu, apabila kita mendapatkan informasi negatif tentang sesuatu yang terkait dengan peribadi seseorang apalagi seorang muslim, maka kita harus melakukan tabayyun (penyelidikan) terlebih dahulu sebelum mempercayainya apalagi meresponnya secara negatif, Allah berfirman yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini dengan sebab kejahilan kamu (mengenainya) sehingga menjadikan kamu menyesali apa yang kamu telah lakukan.” Q.S Al-Hujuraat : 6

Manfaat Berbaik Sangka

Ada banyak nilai dan manfaat yang diperolehi seseorang muslim bila dia memiliki sifat husnuzhan kepada orang lain. Pertama, hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik, perkara ini karena berbaik sangka dalam hubungan sesama muslim akan menghindari terjadinya keretakan hubungan. Bahkan keharmonian hubungan akan semakin terasa karena tidak ada halangan psikologis yang menghambat hubungan itu. Kedua, terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama karena buruk sangka akan membuat seseorang menimpakan keburukan kepada orang lain tanpa bukti yang benar, Allah berfirman sebagaimana yang disebutkan pada Surah Al-Hujuraat Ayat 6 di atas. Ketiga, selalu berbahagia atas segala kemajuan yang dicapai orang lain, meskipun kita sendiri belum dapat mencapainya, perkara ini memiliki erti yang sangat penting, karena dengan demikian jiwa kita menjadi tenang dan terhindar dari iri hati yang boleh berkembang pada dosa-dosa baru sebagai kelanjutannya. Ini bererti kebaikan dan kejujuran akan membawa kita pada kebaikan yang banyak dan dosa serta keburukan akan membawa kita pada dosa-dosa berikutnya yang lebih besar lagi dengan dampak negatif yang semakin banyak.

Ruginya Berburuk Sangka

Manakala kita melakukan atau memiliki sifat berburuk sangka, ada sejumlah kerugian yang akan kita perolehi, baik dalam kehidupan di dunia mahupun di akhirat. Pertama, mendapat dosa. Berburuk sangka(su’udzhon) merupakan sesuatu yang jelas-jelas bernilai dosa, karena disamping kita sudah menganggap orang lain tidak baik tanpa dasar yang jelas, berusaha menyelidiki atau mencari-cari keburukan orang lain, juga akan membuat kita melakukan dan mengungkapkan segala sesuatu yang buruk tentang orang lain yang kita berburuk sangka kepadanya, Allah berfirman yang artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) karena sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (Jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah Penerima taubat, lagi Maha mengasihani.” Q.S Al-Hujuraat : 12

Kedua, dusta yang besar. Berburuk sangka akan membuat kita menjadi rugi, karena apa yang kita kemukakan merupakan suatu dusta yang sebesar-besarnya, perkara ini disabdakan oleh Rasulullah : “Jauhilah prasangka itu, sebab prasangka itu pembicaraan yang paling dusta” HR.Muttafaqun alaihi

Ketiga, menimbulkan sifat buruk. Berburuk sangka kepada orang lain tidak hanya berakibat pada penilaian dosa dan dusta yang besar, tetapi juga akan mengakibatkan munculnya sifat-sifat buruk lainnya yang sangat berbahaya, baik dalam perkembangan pribadi maupun hubungannya dengan orang lain, sifat-sifat itu antara lain ghibah, kebencian, hasad, menjauhi hubungan dengan orang lain dll. Dalam satu hadith, Rasulullah bersabda : “Hendaklah kamu selalu benar. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa ke syurga. Selama seseorang benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat di sisi Allah seorang yang benar (jujur). Berhati-hatilah terhadap dusta, sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Selama seseorang dusta dan selalu memilih dusta dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta. HR. Bukhari

Larangan Berburuk Sangka

Karena berburuk sangka merupakan sesuatu yang sangat tercela dan mengakibatkan kerugian, maka perbuatan ini sangat dilarang di dalam Islam sebagaimana yang sudah disebutkan pada Surah Al-Hujuraat Ayat 12 di atas. Untuk menjauhi perasaan berburuk sangka, maka masing-masing kita harus menyedari betapa hal ini sangat tidak baik dan tidak benar dalam hubungan persaudaraan, apalagi dengan sesama muslim dan aktivis dakwah. Disamping itu, bila ada benih- benih di dalam hati perasaan berburuk sangka, maka perkara itu harus segera dicegah dan dijauhi karena ia berasal dari godaan syaitan yang bermaksud buruk kepada kita. Dan yang lebih penting lagi adalah memperkukuh terus jalinan persaudaraan antara sesama muslim dan aktivis dakwah agar yang selalu kita kembangkan adalah berbaik sangka, bukan malah berburuk sangka.

Oleh karena itu, Khalifah Umar bin Khattab menyatakan: Janganlah kamu menyangka dengan satu kata pun yang keluar dari seorang saudaramu yang mukmin kecuali dengan kebaikan yang engkau dapatkan bahawa kata-kata itu mengandungi kebaikan. Demikian perkara-perkara dasar yang harus mendapat perhatian kita dalam kaitan dengan sikap husnuzhan (berbaik sangka). Ya Allah, bukakanlah ke atas kami hikmatMu dan limpahilah ke atas kami khazanah rahmatMu, wahai Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Wahai Tuhanku, tambahkanlah ilmuku dan luaskanlah kefahamanku. Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah urusanku

“Seandainya engkau menyampaikan keburukan saudaramu, Jika itu benar, maka berarti kamu sudah membuka aib saudaramu, dan jika itu salah, maka engkau sudah melakukan fitnah ”

"Dan di antara manusia ada yang mengorbankan dirinya kerana mencari keredaan Allah semata -mata; dan Allah pula Amat belas-k asihan akan hamba-hambaNya."(al-Baqarah:207)




Ditemukan 4 hadist dengan kata "prasangka".

6802.

Dari Abu Muhammad, budak yang dimerdekakan Abu Qatadah, bahwa sesungguhnya Abu Qatadah berkata : Rasulullah saw, bersabda pada Hari Hunain :"Barangsiapa yang punya bukti atas korban (dari pihak musuh) yang dibunuhnya, maka bagian barang pelucutannya (pakaian, harta, senjata, dll) yang dipakai korban". Maka aku (Abu Qotadah) berdiri hendak mencari bukti atas korban (yang aku bunuh), maka aku tidak menemukan seseorangpun yang mau bersaksi untuk aku (atas pembunuhan tersebut). Lalu aku duduk, maka terbuka bagiku, (yaitu) aku menuturkan perkara ini kepada Rasulullah saw, lalu seorang laki-laki dari orang-orang yang duduk bersama beliau mengatakan : "senjata korban yang disebutkan (Abu Qatadah) itu pada saya". Beliau bersabda :"Maka ridakanlah (senjata) itu kepadanya". Maka Abu Bakar berkata : "Jangan, janganlah ia memberikannya kepada burung dari Quraisy dan membiarkan singa dari snga-singa Allah, yang berperang membela Allah dan Rasul-Nya". Abu Qatadah berkata : maka Rasulullan saw, memerintahkan, lalu beliau memenuhinya kepadaku, lalu dari harta itu aku membeli kebun, maka itulah harta pertama yang aku jadikan modal. Abdullah (ibn Shalih) berkata dari Al-Laits : Maka Nabi saw, memenuhi kepadaku. Penduduk Hejaz (Imam Malik dan para pengikutnya) mengatakan : "Hakim tidak boleh memutuskan dengan pengetahuannya, baik pengetahuannya itu disaksikan sewaktu berkuasa atau sebelumnya". Apabila orang yang bertengkar berikrar kepada lawannya di hadapan hakim terhadap suatu hak dalam mejelis pengadilan, maka hakim tidak boleh memutuskan terhadap dia menurut pendapat sebagain ulama sehingga hakim memanggil dua orang saksi, maka hakim menghadirkan dua orang saksi di hadapan ikrar. Dan ulama yang lain dari mereka (yakni Imam Abu Yusuf dan para pengikutnya) berkata : Bisalah dia (hakim) memutuskan dengan (yang terjadi diluar) itu, karena dia dipercaya. Dan persaksian itu dikehendaki hanyalah untuk mengetahui kebenaran, maka pengetahuannya adalah lebih banyak dari pada persaksian". Dan sebagian ulama Irak berkata : "(Hakim) mengadili dengan pengetahuannya adalah dalam harta dan tidaklah ia mengadili (dengan pengetahuannya) di dalam selain harta". Al-Qasim (ibn Muhammad ibn Abu Bakar Al-Shidiq) berkata : "Tidaklah seyogya hakim mengesahkan keputusan dengan pengetahuannya dari pada persaksian orang lain, tetapi dalam (keputusan dengan pengetahuannya tanpa bukti) itu membuka tuduhan terhadap dirinya dihadapan kaum muslimin dan menjatuhkan (membawa) mereka ke dalam prasangka-prasangka, sedangkan Nabi saw, sungguh tidak menyukai prasangka, maka beliau bersabda, "Sesungguhnya ini adalah Shafiyah".
(HR: Bukhari)

5758.

Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Nabi Muhammad saw. bersabda: "Takutlah kalian akan Buruksangka, sesungguhnya prasangka itu ucapan paling dusta, dan janganlah kalian saling memperdengarkan habar, dan janganlah saling memata - matai (Mencari cari kesalahan), dan janganlah saling memakelari jualan, dan janganlah saling dengki mendengki, dan janganlah saling benci, dan janganlah saling mendiamkan, dan jadilah kalian semua wahai Hamba Allah sebagaimana saudara".
(HR: Bukhari)

6162.

Dari Hudzaifah ra. Nabi saw. bersabda: "Ada seorang lelaki di antara orang-orang sebelum kamu (Bani Israil) mempunyai prasangka buruk terhadap perbuatannya, lalu ia berkata kepada keluarganya: "Kalau saya sudah mati, maka ambillah (abu jasad)ku dan taburkanlah ke laut pada suatu hari yang panas". Maka mereka mengerjakannya, lalu Allah mengumpulkan (abu jasad)nya, kemudian Allah bertanya: "Apakah yang mendorongmu terhadap apa yang kamu kerjakan?". Ia menjawab: "Tidak ada yang mendorongku melainkan karena rasa takutku kepada-Mu". Lalu Allah memberi ampunan kepadanya.
(HR: Bukhari)

6395.

Dari Abu Hurairah ra. katanya: "Rasulullah saw. bersabda: "Hindarilah kamu dari prasangka karena sesungguhnya prasangka adalah perkataan yang paling dusta, janganlah kamu mencari-cari informasi dan janganlah kamu memata-matai, janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling bermusuhan dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara".
(HR: Bukhari)